Setelah sekian lama menggunakan Ubuntu 16.04, akhirnya dipaksa peningkatan juga ke Ubuntu 20.04
Berawal dari proses mematikan di 16.04 yg sangat lama sampai 1 jam belum mati-mati, lalu saya paksa dengan menekan tombol daya, berakhir dengan sistem rusak dan tidak bisa melakukan pengebutan kembali. Tidak mau ambil pusing penyelesaian masalah dan pengawakutuan sekaligus PC butuh segera untuk bekerja, akhirnya saya pasang ulang + coba peningkatan ke 20.04.
.
Impresi awal 20.04 adalah durasi animasinya kelamaan, jadi kurang responsif dan terkesan lemot . Lalu saya pasang ekstensi Impatience dan set kecepatannya jd 0.25 . Dan udah jadi wus-wus. 😁
Hal yg kurang nyaman bagi saya 1 lagi adalah Ruang kerjanya vertical. Sedangkan saya lebih nyaman ruang kerja dengan tipe kisi 2x2 seperti di 16.04 . Pasang Workspace Matrix, ruang kerjanya bisa jadi kisi lagi dan sekaligus bisa 3x2.
.
Untuk kebutuhan kerja, saya pasang peramban Chrome dan editor teks VSCode. Tanpa pasang-pasang pengaya dan ekstensi, langsung siap digunakan. Terimakasih kepada direktori /home yang berada di partisi tersendiri. 👏👏👏
.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, karena tidak ingin pasang perangkat lunak,layanan di sistem dan menjaga sistem tetap ringan, saya pasang docker untuk menjalankan peladen postgres-sql dan peladen redis. Saat ini mungkin hanya butuh 2 layanan itu saja, tapi kedepannya saya pasti butuh peladen mariadb,peladen mongodb,peladen rabbitmq,dll. Jadi docker ini sangat memudahkan bagi saya yang malas melakukan konfigurasi dan ingin segera bekerja. 💃
.
Untuk tampilan cukup sederhana saja. Menonaktifkan Ubuntu Dock, pasang tema dan ikon gelap MacOS, pasang kertas dinding MacOS Big Sur, dan pasang planck.
.
Terimakasih 16.04 yang sudah menemani sejak 2016. 🤝
sumber: https://web.facebook.com/groups/2327054593/permalink/10158664721124594/?_rdc=1&_rdr
0 comments:
Post a Comment